Rabu, 11 September 2013


Islamedia - Satu waktu, sudah lama sekali

Seseorang berkata dgn wajah sendu

"Alangkah beratnya..alangkah banyak rintangan..alangkah berbilang sandungan..alangkah rumitnya."


Aku bertanya, "lalu?"
Dia menatapku dalam-dalam, lalu menunduk
"Apakah sebaiknya kuhentikan saja ikhtiar ini?"

"Hanya karena itu kau menyerah kawan?"
Aku bertanya meski tak begitu yakin apakah aku sanggup menghadapi selaksa badai ujian dalam ikhtiar seperti dialaminya
"Yah..bagaimana lagi? Tidakkah semua halangan ini pertanda bahwa Allah tak meridhainya?"

Aku membersamainya menghela nafas panjang
Lalu bertanya,"andai Muhammad SAW berpikir sebagai mana engkau menalar, akan adakah islam dimuka bumi?"
"Maksudmu akh?", ia terbelalak

"Ya, andai Muhammad berpikir bahwa banyak kesulitan berarti tak diridhai Allah, bukankah ia akan berhenti di awal-awal risalah?"

"Ada banyak titik sepertimu saat ini, saat Muhammad bisa mempertimbangkan untuk menghentikan ikhtiar
Mungkin saat dalam rukuknya ia dijerat dibagian leher
Mungkin saat ia sujud lalu kepalanya disiram isi perut unta
Mungkin saat ia bangkit dari duduk lalu dahinya disambar batu
Mungkin saat ia dikatai gila,penyair, dukun, dan tukang sihir
Mungkin saat ia dan keluarga diboikot total di syi'ab Abi Thalib
Mungkin saat ia saksikan sahabat2nya disiksa didepan mata
Atau saat paman terkasih dan istri tersayang berpulang
Atau justru saat dunia ditawarkan padanya; tahta, harta,waninta.."

"Jika Muhammad berpikir sebagaimana engkau menalar 
Tidakkah ia punya banyak saat untuk memilih berhenti?
Tapi Muhammad tahu, kawan
Ridha Allah tak terletak pd sulit atau mudahnya
Berat atau ringannya, bahagia atau deritanya
Senyum atau lukanya, tawa atau tangisnya"

"Ridha Allah terletak pada
Apakah kita manaatiNya dalam menghadapi semua itu
Apakah kita berjalan dgn menjaga perintah dan larangNya"

"Maka selama disitu engkau berjalan
Bersemangatlah kawan.."


Dalam Dekapan Ukhuwah

Sabtu, 29 Juni 2013

SAHABAT

"Tidak ada sahabat sejati yang ikhlas dalam persahabatan kecuali sahabat yang mahu menemani kamu walaupun ia tahu akan aib/kecacatanmu dan mengampuni kamu atas dasar persahabatan yang mana ia tiada lain adalah Allah Subhanahu wa ta'ala. Sebaik-baiknya orang yang kamu temani adalah orang yang meminta bersahabat denganmu bukan kerana sesuatu darimu yang bermanfaat kepadanya".

Al-Iman Ibnu 'Athaillah Rahimahullah berkata : Sebaik-baiknya sahabat yang kamu gauli adalah orang yang meminta kamu untuk bersahabat denganmu untuk kemanfaatan dirimu sendiri bukan kerana kemanfaatan baginya. Dan semua manusia tidak ada yang mahu bersahabat denganmu dengan tanpa ingin mendapatkan kemanfaatan darimu. Hanya Allah~lah yang meminta kamu dan melindungimu supaya kamu bahagia kerana dekat kepada~Nya dan bisa kembali dengan agungnya nikmat serta kebaikan yang diberikan kepada kamu.

Kebanyakkan insan di dunia yang fana ini, mereka saling berkomunikasi dan berhubung atas hajat individual, dengan makna yang satu memerlukan yang lain, mereka berhubung dengan akrab, rasa senang dan saling memuji agar keperluan masing-masing terpenuhi, dan apabila salah satu dari mereka menemukan 'aib/cacat dari lainnya, maka bisa jadi persahabatan berbalik arah menjadi permusuhan. Inilah kenyataan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dan memang sudah menjadi fitrah yang dititahkan bagi setiap insan. Hubungan antara sesama insan didasarkan atas pemenuhan hajat masing-masing.

Hajat itu sendiri ada yang berupa kebendaan (Maddiyah) atau (spiritual) Maknawiyah. Kalau pun ada orang yang mahu bersahabat dengan yang lainnya dengan tanpa menginginkan faedah atau hajat madiyah atau maknawiyah yang kembali kepadanya dan terus bersahabat walaupun ada kecacatan pada temannya maka ketahuilah bahawa itu hanyalah hayalan semata bukan yang sebenarnya. Tidak ada yang bersahabat denganmu dengan tanpa meminta kemanfaaatan darimu kepadanya, ia selalu memberikan kemanfaatan kepadamu, melindungimu dan menasihati terus walaupun kamu berlumuran dengan aib kecuali hanya satu saja iaitu Allah Subhanahu wa ta'ala.

Persahabatanmu dengan~Nya tidaklah memerlukan lebih dari dua hal, iaitu :
(1) Ma'rifat (kamu mengenal~Nya)
(2) Jadikanlah Ia sahabat dengan memperbanyak zikir kepada~Nya.

Dengan ini persahabatamu akan selalu memberi kemanfaatan bagi dirimu sendiri. Kemudian mengenali persahabatan dua insan yang kerana Allah (redha~Nya) tidak bertemu atau berpisah kecuali kerana~Nya merupakan cabang atau buah daripada pertalian hubungan persahabatan yang sempurna dengan Allah.

[Imam Ibnu Athaillah Askandary] 

Pasangan terbaik itu ibarat Sepasang Sepatu : 


1. Bentuknya tak persis sama namun serasi.2. Saat berjalan tak pernah kompak tapi tujuannya sama. 3. Tak pernah ganti posisi namun saling melengkapi.
4. Selalu sederajat tak ada yang lebih rendah atau tinggi. 5. Bila yang satu hilang yang lain tak memiliki arti.
SEtia samPAi TUa